Menurut Fadli, ini merupakan kegiatan rutin dan wajib dilakukan. Apalagi dilokasi pemeliharaan jaringan memiliki kantor pelayanan PLN.
“Pemeliharaan jaringan ini wajib rutin dilakukan, karena kita punya PLN Kantor Pelayanan Payahe. Hanya saja ada kendala seperti tanaman warga yang tidak mau ditebang, dan mereka ini perlu disosialisasi lagi, namun ini akan memakan waktu lama lagi,” bebernya.
Sebelum melakukan pemeliharaan jaringan, kata Fadli, PLN ULP Sofifi sudah melakukan sosialisasi dan pendekatan kepada warga yang tanamannya nanti akan ditebang.
“Sebelum pemeliharaan jaringan kita temui pemilik pohon yang berada di jaringan sebelum pemangkasan,” ujarnya.
Meski begitu, lanjut Fadli, selama pembersihan masih terdapat kendala dilapangan lantaran masih ada warga yang belum punya kesadaran, tentang pentingnya keamanan pasokan energi listrik dan bahayanya, semisal ketika ada bagian pohon yang menempel bagi keselamatan warga disekitar area pepohonan. Selain itu, lokasi yang dikerjakan masih ada beberapa jenis pohon milik warga seperti, pohon kelapa, pohon aren dan pohon ukuran besar lainnya. Dimana pohon-pohon tersebut, justru akan mengganggu jaringan listrik dan keselamatan warga sekitar jika tidak mau untuk ditebang.
“Tadi sudah kita lakukan sosialisasi, tidak ada titik temu, karena ada warga yang tidak mau merelakan tanaman kelapa sekitar 9 pohon itu untuk ditebang. Sedangkan yang kemarin saja di Desa tetangga itu ada warga yang merelakan pohon kelapanya hingga 12 pohon. Kami berterima kasih kepada warga yang sudah paham benar tentang keselamatan ketenagalistrikan dan pentingnya pasokan listrik yang andal,” imbuhnya.
“Masing-masing orang punya persepsi yang berbeda dan kita juga mengakui itu, untuk tidak memaksa kehendak mereka, namun kedepan kalau terjadi sesuatu seperti pohon roboh ke jaringan, semoga warga tersebut bisa bertanggung jawab,” sambungnya.
Walau begitu, pihaknya bersyukur lantaran warga di Desa Lifofa banyak yang merespon pembersihan yang dilakukan. Dengan pemahaman warga setempat, bahwa tanaman milik warga juga ada yang mengganggu jaringan, sehingga diizinkan untuk dipangkas maupun ditebang.
“Yang kita mau itu kalau boleh ditebang agar supaya di kemudian hari tidak ada lagi gangguan,” ujarnya.
Selain kendala negosiasi, Fadli mengaku ada kendala akses jalan. Pasalnya, proses normalisasi jaringan untuk penyuplaian tenaga listrik butuh jalan yang bagus.
“Seperti kita lihat bersama akses jalan dari Desa Lifofa sampai di Desa Nuku itu medannya berlumpur,” terangnya.