Oleh: Ruslan Taher Sangadji
TIFA Pilkada Maluku Utara mulai ditabuh. Sejumlah tokoh sudah pasang kuda-kuda, untuk ikut adu kuat dalam perhelatan lima tahunan itu. Dorang su batabea sembari bakase salam dengan pimpinan partai politik, melalui desk Pilkada masing-masing.
Kita belum tahu pasti, siapa yang bakal diterima salamnya, sehingga mendapatkan rekomendasi dari partai politik. Publik masih menunggu itu, agar kelak bisa melabuhkan pilihannya kepada siapa.
Sultan Husain Alting Sjah atau yang karib dengan sebutan Ou Tidore, menjadi salah seorang tokoh yang sangat diharapkan publik Maluku Utara. Tidak sekadar sebagai simbol adat dan pengayom spiritual oleh kano-kano se balakusu semata, tetapi diharapkan menjadi pemimpin politik untuk memperbaiki tatanan pemerintahan dan seluruh masyarakat Maluku Utara.
Ou Tidore, jika nanti telah resmi menjadi kandidat, pikirkan bahwa Maluku Utara adalah satu di antara daerah kaya tambang di Indonesia. Dan karena itu, pertumbuhan ekonomi di negeri para sultan ini tertinggi.
Badan Pusat Statistik melaporkan, perekonomian Maluku Utara 2023 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku, mencapai Rp85,1 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp48,5 triliun.
Ekonomi Maluku Utara tahun 2023 tumbuh sebesar 20,49 persen, melambat dibanding capaian tahun 2022 yang mengalami pertumbuhan sebesar 22,94 persen.
Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian sebesar 49,07 persen. Sementara dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Ekspor sebesar 28,67 persen.
MENJADI CANDRADIMUKA
Pada soal itu, Ou Tidore akan berada di garda terdepan, yang akan memaksa Industri nikel di Maluku Utara, memberi endowment besar ke Universitas Khairun Ternate, untuk membangun pusat studi lingkungan termodern dan termaju di Indonesia.
Tidak itu saja, Ou Tidore juga akan menjadi tokoh candradimuka, mendesak perusahaan industri nikel itu, menyediakan beasiswa setiap tahun kepada mahasiswa dan dosen di Maluku Utara. Kirim dosen-dosen muda Unkhair, kuliah doktor di Eropa. Amerika, Tiongkok dan Jepang. Nah, itu baru keren. (Arianto Sangadji dalam percakapan Group WhatsApp).
Saya yakin, Ou Tidore akan melakukan itu, karena tak mau Maluku Utara hanya jadi penonton seperti selama ini di tengah pesta pora industri nikel di Maluku Utara.
Ou Tidoreā¦. di tengah kondisi pasar yang fluktuatif, PT Harita melampaui target kapasitas produksinya, yang mengarah pada peningkatan pendapatan dari kontrak, dengan pelanggan sebesar 26 persen yang mencapai Rp6,03 triliun, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu yang hanya Rp4,79 triliun.
Perusahaan itu berhasil meningkatkan laba kotor menjadi Rp1,62 triliun dari Rp1,57 triliun dan laba usaha menjadi Rp1,39 triliun dari Rp1,36 triliun, sekaligus meningkatkan efisiensi operasional sehingga berhasil menekan beban penjualan, umum, dan administrasi turun menjadi Rp373,55 miliar.
Hanya dari satu perusahaan ini, begitu banyak profit yang dikeruk dari Bumi Moloku Kie Raha. Maka Maluku Utara butuh tangan politik, dan itu bisa langsung jalan bersama Ou Tidore. Kuncinya adalah, mau atau tidak.
Mungkin kita belum tahu, setiap tahun industri nikel mengucurkan puluhan miliar rupiah, untuk memajukan riset di berbagai universitas di luar Maluku Utara.
Memang, di pertambangan, Maluku Utara sudah banyak dapat uang via bagi hasil PNBP. Hitung-hitungannya jelas. Ada regulasinya. Itu yg bikin pendapatan daerah menjadi tinggi.
Perhatian mesti ke industri pengolahan nikel. Uang besar ada di situ. Bukan tambangnya, tapi tangan politik yang diperlukan di industri nikel.
Kelak, Ou Tidore tak sekadar berdiri sebagai Pemerintah, yang hanya sekadar teken macam-macam surat dalam proses perizinan investasi. Tetek bengek administrasi itu, harus di translate sebagai politik.
Di tangan politik eksekutif apapun bisa dilakukan untuk sebesar-besarnya kemaslahatan ummat. Sultan Husain Alting Sjah pasti bisa. Tabea! (*)