Nurdin juga menyoroti Wali Kota saat memberikan kuliah umum di Belanda. Ia menuturkan, kegiatan seperti itu sebaiknya dilakukan melalui virtual ketimbang harus jauh-jauh ke Belanda.
Sebab itu, hanya membuang-buang anggaran, apalagi dengan peserta kuliah yang hanya 4 sampai 5 orang saja.
“Kuliah umum terus pesertanya cuman 4 sampai 5 orang, kan mendingan virtual aja. Dari pada anggaran terbuang habis,” tuturnya.
Menurutnya, hampir 3 tahun memimpin pemerintahan masih banyak pelayanan dasar yang belum bisa diatasi oleh Wali Kota Andalan itu. Sejumlah proyek pun masih banyak yang terbengkalai, temasuk progres dermaga Pulau Hiri di Kelurahan Sulamadaha.
Belum lagi, persoalan air bersih yang sampai sekarang belum memberikan pelayanan yang baik bagi pelanggan.
“Air saja mati-mati terus. Kunker ke luar negeri tapi air di Ternate macet terus tidaka ada solusi, bel lagi sampah dan pelayanan dasar lainnya yang masih lambat,” bebernya.
Ia sendiri sempat membaca sejumlah media yang memberitakan kegiatan Wali Kota selama di Belanda.
Bahkan ia sempat pula membaca soal tawaran pemerintah Belanda yang ingin kerja sama dengan Pemkot Ternate.
“Kalau kerja sama dengan Belanda itu benar terjadi dan berdampak bagi pemerintah kita, yah Wali Kota juga harua membuktikan bahwa kerja sama itu berdampak pula bagi masyarakat Ternate,” ujarnya.
“Publik menunggu penjelasan dari kunker tersebut. Kita semua bertanya-tanya apa urgensi dari kunker tersebut. Kalau itu berdampak bagi ekonomi kita, maka itu pula harus dibuktikan setelah kembali ke Ternate. Kalau tidak ini bisa saja kita sebut hanya sebagai anjangsana,” tukasnya.
Sekadar diketahui, usai Belanda, rombongan ini dikabarkan melanjutkan perjalanan ke Portugal. Padahal kunker tersebut agendanya hanya Belanda.
Tauhid sendiri meninggalkan Kota Ternate dan bertolak ke Jakarta sejak 11 Mei dan hingga 22 Mei kemarin belum juga kembali ke daerah yang dipimpinnya.
Sementara itu, Kabag Protokol dan Komunikasi Pimpinan Agus Fian Jambak yang dikonfirmasi belum merespons. (*)