Senin, 25 November 2024

Disperindag Akan Menjadikan Desa Akekolano Sebagai Sentra Produksi Gula Semut di Malut

Para perajin gula aren Desa Akekolano saat mengikuti pelatihan membuat gula semut | Foto: Ikram T. Sangadji/Malut Kaidah

AKEKOLANO, MALUT KAIDAH – Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Maluku Utara, sedang berupaya menjadikan Desa Akekolano, Kecamatan Oba Utara, Kota Tidore Kepulauan, sebagai sentra produksi gula semut di Provinsi Maluku Utara.

“Kami telah melatih para perajin gula aren di Desa Akekolano. Kelak, di desa ini akan menjadi Pusat Pelatihan dan Pengembangan Produk Gula Semut di Maluku Utara,” kata Ikram T. Sangadji, salah seorang pejabat Disperindag, Rabu, 11 Agustus 2021.

Ikram yang juga Ketua Panitia Pelatihan itu mengatakan, gula semut itu berbahan dasar air nira atau air dari pohon seho (enau).

“Warga Desa Akekolano itu, sudah sejak turun temurun memanfaatkan air nira menjadi gula aren atau gula merah. Dari kebiasaan itu, kita kembangkan lagi menjadi gula semut yang harga jualnya lebih tinggi,” katanya.

Satu kelebihan gula aren yang diproduksi para perajin di Desa Akekolano, kata Iki — saapan akrab Ikram — selain punya ciri khas tersendiri, kualitasnya lebih baik dan mampu bertahan hingga setahun.

“Karena kelebihan gula aren Akekolano itulah, maka kita berupaya untuk meningkatkan produksinya menjadi gula semut,” kata dia.

Gula semut Akekolano itu, tambahnya, tidak hanya sampai pada produksinya saja, tetapi sampai pada kemasan hingga mencarikan pasarnya.

“Kalau kita nginap di hotel-hotel berbintang, atau nongkrong di cafe-cafe di Jakarta atau di daerah lain, pasti selalu ada gula semut atau di kemasannya tertulis palm sugar. Itu menjadi salah satu potensi pasar yang bisa dijajaki,” jelasnya.

Kepala Dinas Perindag Provinsi Maluku Utara, Yudhitya Wahab, menambakan, prospek pasar Gula Semut ini masih sangat menjanjikan. Potensi pasarnya juga masih sangat terbuka lebar. Paling tidak, untuk pasar lokal Maluku Utara saja.

“Banyak hotel, cafe dan restoran di Ternate, kita bisa upayakan memasarkan hasil produksi gula semut Akekolano itu kepada manajemen hotel dan cafe tersebut. Daripada harus membeli dari luar, kenapa tidak memanfaatkan produksi orang kita sendiri,” ujarnya.

Dengan begitu, kata Yudhitya Wahab, kita telah berpihak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena telah membeli produk asli anak daerah sendiri.

“Kita akan upayakan itu,” kata Kadis Peindag Provinsi Maluku Utara.

Sementara itu, instruktur pelatihan gula semut, Hadijah Turuy menyampaikan, proses pengolahan gula aren terbilang cukup lama, sampai 30 hari dan melalui beberapa tahapan.

Dia mengatakan, gula semut bisa juga dibuat dari gula cetak, namun mutu premium gula aren kristal, hanya didapat melalui proses pengeringan nira pohon enau.

“Mutu gula semut dari nira ini malah jauh lebih bagus” kata Hadijah.

Proses produksi gula semut atau palm sugar ini, sama dengan membuat gula aren, yaitu nira disaring menggunakan kain kasa bersih guna mendapatkan hasil sempurna, kemudian dimasak di atas tungku api.

Direktur Roa Sulteng, Muhammad Subarkah, mengatakan, gula semut berbahan dasar nira, jauh lebih berkualitas.

“Selama ini kami mendampingi para perajin dari KPH memproduksi gula semut. Hasilnya, selain dipasarkan di toko online kami, juga dijual di mart KPH,” katanya.

Produksi gula semut produksi KPH di Sulteng, kata dia, bahkan sudah dijual ke sejumlah daerah di Indonesia. *