Rabu, 9 April 2025

Kisah Tukang Sapu di Taman Nukila Ternate: Dipandang Sebelah Mata, Segini Upahnya

Tukang penyapu jalan di Ternate (Foto: Rian/Kaidahmalut)

TERNATE, KAIDAH MALUT – Menjadi seorang tukang sapu yang bertugas membersihkan lingkungan di sekitar kita memang kerap dipandang sebelah mata.

Sejatinya, hal itulah yang dirasakan Asmira Idrus yang bekerja sebagai tukang sapu di Kawasan Taman Nukila, Kota Ternate, Maluku Utara.

Perempuan usia 28 tahun itu, telah memulai pekerjaannya sejak tahun 2015. Ia bilang, saat itu, Taman Nukila belum seramai sekarang.

Asmira dan beberapa temannya adalah tukang sapu pertama di kawasan taman yang gandrung dikunjungi warga Ternate tersebut.

“Saya bekerja sebelum taman ini jadi, itu sekitar 2015 lalu, saat itu kami dapat diberi upah Rp700.000 setiap bulan,” tutur perempuan dua anak tersebut, Jumat, 18 Februari 2023.

Seiring waktu, upah Asmira naik jadi Rp1. 250.000 per bulan. Wali Kota Ternate, M. Tauhid Soleman, kemudian menaikkan upah buruh pembersihan ini menjadi Rp1.500.000 per bulan.

Bertalu-talu hidup sebagai buruh tukang sapu, Asmira mengaku sangat menikmati pekerjaannya.

“Saya sangat menikmati pekerjaan ini. Alhamdulillah dari penghasilan ini bisa mencukupi kebutuhan keluarga,” ujarnya.

Asmira yang tengah mengandung bayi ketiganya, mengatakan bahwa saat ini suaminya berprofesi sebagai tukang ojek.

Bersama para rekannya, Asmira bekerja sekitar 4 jam dalam sehari untuk membersihkan lokasi taman.

Kendati demikian, menurut dia, profesi tukang sapu memang seringkali dipandang sebelah mata oleh sebagian orang.

Asmira bilang, dirinya sering menerima ejekan dari pengunjung Taman Nukila tentang pekerjaannya itu.

“Seringkali saya ditegur, mereka bilang ‘Bikiapa tara karja yang lain saja, kong musti jadi tukang sapu’” ungkapnya.

Cibiran semacam itu merupakan hal yang lazim bagi Asmira, perempuan asal Kelurahan Marikrubu, Ternate tersebut.

“Padahal kami cukup santai dan kami sangat menikmati pekerjaan ini. Saya tidak begitu pusing dengan perkataan orang, yang penting saya bekerja dengan jalan yang benar,” cetusnya.

Menurut Asmira, selama pekerjaannya bermanfaat bagi orang lain, dan bagi lingkungan di sekitar, selama itu pula dia tetap menggemari profesinya.

“Semuanya yang penting halal,” tutup Asmira.(*)