PALU, KAIDAH MALUT – Seorang warga diaspora Ternate di Palu, Ruslan Sangadji, menyatakan kekecewaannya atas tulisan mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan, yang dianggap tidak mencerminkan pemahaman mendalam tentang situasi di Maluku Utara. Ia bahkan menilai tulisan tersebut bersifat sesat dan menyesatkan.
“Dahlan Iskan tidak memahami situasi dan kondisi yang sebenarnya terjadi di Maluku Utara. Tulisan itu melukai perasaan warga Maluku Utara,” kata Ruslan dalam keterangannya kepada media, Senin, 02 Desember 2024.
Ruslan menilai, tulisan tersebut tidak hanya mencerminkan ketidaktahuan, tetapi juga mengandung narasi yang dapat menciptakan kesalahpahaman publik tentang dinamika sosial, politik, dan budaya di wilayah itu.
Tulisan yang Sesat dan Menyesatkan
Menurut Ruslan, tulisan Dahlan Iskan menggambarkan Maluku Utara dengan sudut pandang yang tidak adil dan jauh dari kenyataan.
Hal ini, katanya, sangat disayangkan, mengingat Dahlan Iskan adalah seorang tokoh nasional yang pendapatnya memiliki pengaruh luas di masyarakat.
“Warga di Maluku Utara sedang berjuang untuk membangun daerah ini dengan semangat kebersamaan. Tetapi tulisan seperti itu malah memicu luka di hati masyarakat,” ujarnya dengan nada kecewa.
Ruslan meminta Dahlan untuk lebih berhati-hati dalam menulis dan memastikan bahwa informasi yang disampaikan memiliki basis data yang kuat dan akurat.
“Seharusnya, sebagai seorang penulis senior, Dahlan mengutamakan fakta dan memahami sensitivitas budaya masyarakat setempat,” tambahnya.
Permintaan Klarifikasi
Sebagai bentuk tanggung jawab moral, Ruslan mendesak Dahlan Iskan untuk memberikan klarifikasi dan permintaan maaf kepada masyarakat Maluku Utara.
Ia berharap, hal ini dapat meredakan kekecewaan yang telah dirasakan banyak pihak di wilayah tersebut.
“Kami tidak anti-kritik, tetapi kritik harus berdasar dan tidak menyudutkan. Kami berharap Dahlan Iskan dapat segera memperbaiki kesalahan ini,” pungkas Ruslan.
Tulisan Dahlan Iskan yang dimaksud menjadi perbincangan hangat di berbagai platform media sosial. Sejumlah warga Maluku Utara turut menyuarakan kekecewaan mereka atas narasi yang dinilai tidak menghormati realitas lokal. (*)