TIDORE, KAIDAH MALUT – Pemerintah Kota Tidore Kepulauan resmi menggelar Seminar Nasional Jalur Rempah. Seminar merupakan rangkaian kegiatan peringatan Hari Nusantara.

Kegiatan berlangsung di Aula Nuku Kantor Wali Kota Tidore Kepulauan, Senin 11 Desember 2023 dengan menghadirkan Dosen Sejarah FIB Unkhair Ternate Drs Nani Djafar, Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Provinsi Maluku Utara dan Peneliti Jalur Rempah Maulana Ibrahim P,Hd sebagai narasumber.

Jalur rempah memiliki peran yang besar dalam perkembangan beragam pengetahuan dan kebudayaan. Tentu saja, hal itu pula memiliki pengaruh kuat untuk warisan nusantara dan juga untuk dunia.

Wali Kota Tidore Kepulauan Capt. Ali Ibrahim saat membuka seminar mengatakan, sejak dulu negeri Tidore sudah dikenal sebagai negeri yang kaya, sehingga menjadi sebuah daya tarik bagi bangsa Eropa untuk datang.

Namun sebelum itu, lanjut dia, nusantara juga telah dikenal menjadi bagian dari jalur rempah yang menghubungkan beberapa negara di dunia menjadi sebuah jalur perdagangan internasional, sehingga ini menjadi pemantik masyarakat Eropa untuk mencari lebih dekat sumber rempah, di mana bangsa Spanyol yang dipimpin oleh Magelhaens dan Juan Sebastian Elcano, berhasil menambatkan kapal ekpedisinya di Pulau Tidore dan menjadi sebuah perjalanan pertama yang membuktikan bahwa bumi itu bulat.

“Setelah beberapa waktu, juga berhasil membawa 27,3 ton cengkeh ke Eropa yang menandai bahwa Tidore, pada tanggal 11 Desember tahun 1521, berhasil melakukan impor pertama dengan jumlah yang fantastis di masa itu, serta mengacu pada tanggal tersebut kemudian ditetapkan sebagai Hari Rempah Nasional di Republik Indonesia, di mana hari ini, kita memperingati Hari Rempah Nasional di Tidore, tanah yang bersejarah dalam rangkaian kegiatan Hari Nusantara 2023,” ungkap Ali.

Menurutnya, Tidore merupakan kepulauan kecil namun kekuasaan dan pengaruhnya cukup luas, serta dengan sejarahnya yang kuat Tidore memiliki cukup andil dalam menjaga keutuhan NKRI.

Tidore dan Papua memiliki sebuah keterkaitan yang tak bisa dilepaskan begitu saja, ketika Papua masuk menjadi bagian dari NKRI, Tidore menjadi ibu kota sementara saat itu dengan Gubernur pertamanya, Sultan Zainal Abidin Syah yang dilantik langsung oleh Presiden pertama RI Ir. Soekarno.

Momen tersebut pun masih tersimpan baik di lembaga Arsip Negara Republik Indonesia (ANRI), dan beberapa juga sudah tersimpan di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tidore Kepulauan.

“Dengan wilayah yang kecil, Tidore memiliki jejak masa lalu dan prestasi yang akan selalu abadi dalam karya. Semoga semangat ini akan menjadi sebuah contoh untuk generasi muda agar selalu bangga akan negeri tercinta ini, ingatlah bahwa negeri ini begitu besar dan kaya, sehingga butuh uluran tangan dan pikiran dari semua pihak untuk bangkit bersama dalam rasa nasionalisme Indonesia jaya. Semoga dengan seminar ini, akan terbangun sebuah semangat baru untuk kita masyarakat nusantara, agar lebih menghargai sejarah yang kita miliki, serta mampu berdiri dengan warisan yang kita miliki, dan cukup mengenal dengan baik akan negeri tercinta ini, sehingga dapat dikelola dengan sebaik mungkin,” harap Ali.

Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Perwakilan Provinsi Maluku Utara Kuswanto mengatakan, kegiatan seminar Nasional Jalur rempah ini didedikasikan pada pelaksanaan Hari Nusantara di Kota Tidore.

Tentunya yang paling penting adalah seminar ini juga, dalam rangka memperingati Hari Rempah Nasional yang jatuh pada tanggal 11 Desember.

“Hari Rempah Nasional ini diangkat tanggal 11 Desember. Pada dasarnya dari Tidore bahwa pada tanggal 11 Desember tahun 1521, terdapat 27,3 ton cengkeh yang diekspor dari Tidore ke Eropa sehingga dari situlah, setiap pada tanggal 11 Desember diperingati sebagai Hari Rempah Nasional,” kata Kuswnto.

Kuswanto bilang, dari sisi sejarah, Tidore sangat berperan penting di masa lalu terkait dengan perdagangan rempah, karena perdagangan rempah di Tidore saat itu sudah sangat mendunia, sehingga semua pedagang asing yang datang ke Maluku Utara untuk mencari rempah-rempah. Inila, lanjut dia, yang akhirnya menimbulkan sebuah jalur yang kini dikenal sebagai jalur rempah. (*)