TERNATE, KAIDAH MALUT – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Ternate memiliki terobosan baru dalam mewujudkan Kota Ternate zero waste (nol sampah).
Program DLH lewat Bidang Pengendalian, Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) ini adalah pengelolaan sampah menjadi berbagai produk bernilai ekonomis.
Kepala Bidang PPKL DLH Kota Ternate, M Syarif Tjan menyebutkan, produksi sampah kian hari terus meningkat, maka perlu adanya paradigma baru terkait penanganannya.
Paradigma yang dimaksud, yakni penanganan yang biasanya sekadar mengumpulkan, mengangkut dan membuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), diubah ke pengolahan di hulu untuk menjadi berbagai produk.
Produksi sampah di Kota Ternate saat ini lebih banyak sampah organik, dibandingkan yang anorganik seperti plastik.
“Total keseluruhan sampah itu kan total 130 ton sehari. Nah untuk sampah organik jumlahnya 100 ton, sedangkan sisanya itu 30 ton yang anorganik,” jelas dia.
Syarif bilang, tempat-tempat yang banyak menghasilkan sampah seperti pasar dan pertokoan akan masuk dalam sebuah pilot projects DLH. Seperti sampah di Pasar Higienis Bahari Berkesan, kini ada yang mulai diolah menjadi batako.
Batako atau batu bata itu dibuat dari abu hasil pembakaran sampah di insinerator yang dicampur dengan semen.
“Yang kita sudah buat sekarang adalah, pemanfaatan sisa bakaran sampah pasar menjadi batako atau batu bata. Sekarang kita lagi produksi, kita lagi ujicoba kualitasnya, nanti kalau sudah layak kita akan produksi massal,” terang dia.
Selain batako, sesuai perencanaan pada Oktober 2022 nanti akan ada lagi terobosan pengolahan sampah dibuat menjadi ekoenzim. Produk ekoenzim seperti pupuk cair, cairan handsanitaiser, cairan pembersih lantai hingga menjadi zat penjernih air, akan dibuat dari sampah sayur-sayuran dan buah-buahan.
“Sebelum sampah buah itu membusuk dan mereka mau membuang, nah itu kita ambil dan kita fermentasikan selama tiga bulan, setelah tiga bulan dia produksi menjadi ekoenzim dan ekoenzim ini bisa juga, untuk pengolahan air limbah juga selain untuk pupuk juga dia bisa menjernihkan air, meningkatkan kualitas air yang tadinya jelek menjadi bagus,” jelas Syarif.
Untuk pengolahan produk ekoenzim, kata dia, DLH akan bekerjasama dengan Komunitas Ekoenzim Maluku Utara yang diketuai oleh Anggota DPRD Maluku Utara, Ishak Naser.
Produk olahan sampah lainnya yang bakal menyusul kata Syarif, diantaranya briket arang dari sampah batang pohon dan tempurung kelapa, pupuk kompos dari sampah sayuran dan buah maupun pelet atau pakan ikan yang dibuat dari sampah jeroan ikan.
“Kita akan buat pelet. Pelet ikan sampah organik, sisa-sisa jeroan ikan di pasar ikan itu akan kita jadikan pelet ikan. Ini juga dalam proses akan ke sana,” imbuhnya.
Berbagai produk itu tambah Syarif, manfaatnya selain mereduksi sampah juga membuka lapangan kerja baru. Sebab, setiap pengolahannya DLH akan memberdayakan masyarakat terutama yang beraktivitas di pasar.
“Sehingga ini akan membuka peluang kerja baru dan menjadi sebuah bisnis baru bidang sampah. Jadi sampah ini kami dari DLH pengin ada pengusaha di bidang sampah yang memang tidak dilirik orang, sehingga ini kan tidak ada kompetitor. Jadi kalau dia main berarti dia menjadi satu-satunya pioneer di bidang bisnis ini. Nah saya pengin ini bisa bergerak cepat sehingga sampah selain tereduksi juga menjadi nilai tambah ekonomi,” pungkasnya. (*)

Tinggalkan Balasan