SOFIFI, KAIDAH MALUT – Foto pose Duta STQ Nasional di koridor salah satu hotel di Ternate yang viral, mendapat kritik warganet. Banyak yang protes dan berkomentar miring dengan busana kaos ketat, bercelana jeans, berhijab dan selempang bertuliskan Duta STQ itu.
Belum lagi, ketika foto para remaja perempuan itu berada di venue utama pelaksanaan STQ Nasional, di Masjid Raya Shaful Khairaat Sofifi. Pemandangan yang sangat mencolok itu, akhirnya beredar luas di media sosial Facebook dan Instagram, kemudian viral.
Dikutip dari akun Facebook Hasby Yusuf “STQ bukan lomba busana, apalagi busana yang tidak adab dan jauh dari spirit Al Quran. Kalau harus ada duta STQ maka paling pantas adalah para Hafidz dan Hafidzah dan bukan perempuan yang berbusana tak adab. Malam ini saya sudah bertemu Ketua Panitia STQ, untuk pastikan STQ bebas dari duta STQ sebagaimana harapan para netizen Maluku Utara. #SukseskanSTQN”
Sarjan Syarif menulis statusnya di Facebook: “Dong ini yang bilang Duta STQ? Panitia daerah so tara salah dong pakeang model bagini kong kase tampil di acara STQ? #seriusBatnya”. (Panitia daerah tidak salahkah? Mereka berpakaian seperti itu kemudian tampil di acara STQ?).
Selain menanggapi lewat caption yang ditulis pada Facebook, ada juga komentar pedas dari warganet yang sudah melihat postingan para Duta STQ itu.
Iksan Muhammad, salah seorang anggota Purna Paskibraka Halmahera Barat yang menyayangkan postingan tersebut.
“O hamadan sampe bagitu (o Ssudah sampai begitu) juga, itu bukan STQ tapi kontes umbar aurat,” sesalnya.
“Dong tahu tong disini tu negeri beradat kong model itu tu. Panitia pengarah ini mangkali dong laef kapa i,” sambungnya. (Mereka tahu kami di di sini adalah negeri beradat, kenapa ada model seperti itu. Panitia pengarah ini mungkin gila ya?)
Sementara itu, salah seorang pegiat budaya Ternate, Rustam Alting yang juga salah satu Lurah di Kota Ternate, ikut menyayangkan perihal tersebut.

“Apapun alasannya suasana STQ wajib berbusana muslim, bukan pakaian ketat, kecuali mau tidur,” cetusnya.
Ia juga menyayangkan, setiap tarian penjemputan para kafilah dan tamu di Bandara Sultan Baabullah, selalu menonjolkan pakaian tarian modern dan bukan pakaian adat.
“Saya sebagai pegiat budaya sangat miris liat pelaksanaan STQ, salah satunya setiap tarian penyambutan tamu di Bandara, tidak dominan memakai pakai adat salah satu daerah di Maluku Utara, agar bisa perkenalkan ragam budaya yang ada di daerah ini kepada provinsi di Nusantara, karena sebagaian besar dominan pakaian melayu dan bulu ayam yang minim makna dan filosofi,” ujar Rustam kepada malut.kaidah.id, Jumat, 15 Oktober 2021.
Asghar Saleh menyatakan melalui statusnya di Facebook: “Sudah terlanjur viral dan jadi aib bersama. Ini kerja panitia, bukan orang per orang. So, lakukan evaluasi serius, mengakui kesalahan, tak perlu mencari kambing hitam, apalagi saling menyalahkan. Berani bertanggung jawab dan minta maaf secara terbuka,”
Salah seorang panitia, Tamhid Abubakar, mengatakan, memang ada tim yang melayani penjemputan tamu di venue. Tim yang dibentuk itu akan mendampingi sebagai penjemput ketika tamu datang di setiap venue di Sofifi, baik pembukaan, penutupan dan saat lomba.
“Anak anak itu hanya mengikuti maunya perancang. Nanti kami coba memberi masukan kepada teman-teman yang bertanggung jawab soal ini,” katanya.
Dia meminta semua dapat menyikapi dengan kepala dingin, dan berjanji dalam waktu singkat harus secepatnya diperbaiki setiap penampilan, adab dan tata busana.
“Semoga bisa secepatnya dievaluasi, mohon bijak dalam segala hal dan semoga STQH Nasional berjalan sukses berjamaah,” katanya. *

Tinggalkan Balasan