JAKARTA, KAIDAH MALUT – Sikap tak terpuji dipertontonkan oleh tuan rumah Persiraja Banda Aceh saat berhadapan di leg I melawan Malut United. Pertandingannya berlangsung di Stadion Langsa Aceh, pada 5 Maret 2024.

Pertandingan yang diharapkan berjalan secara sportiv itu, justru tak berjalan sesuai harapan. Bagimana tidak? Ambisi memperebutkan kemenangan di Liga 2 Pegadaian, membuat Pesiraja terlihat begitu kasar saat jalannya permainan.

Padahal di era saat ini, sepakbola sudah menjadi ajang bergengsi bagi setiap tim, untuk menunjukan kualitas permainan dan skill individu dalam mengolah si kulit bundar, agar dapat memikat penikmat sepakbola.

“Saat menjadi tuan rumah, Persiraja menunjukan permainan yang begitu kasar secara terbuka. Lantas jika kami menjadi tuan rumah pada leg ke 2 harus membalas dengan permainan yang sama, tentu saja tidak. Malut United tak sepicik itu meski kami dirugikan,” ungkap COO Malut United, Doni Nanlohy Saat dihubungi, Kamis, 07 Maret 2024.

Sebelum memulai pertandingan, Malut United diintimidasi saat berada di ruang ganti, pintunya dipukul dari luar disertai sumpah serapah dari kubu lawan.

“Lapangan Langsa tak punya security zona yang aman, ruang ganti hanya berukuran 3×4 meter tanpa AC sama sekali. Bayangkan ada lebih dari 30 orang berkumpul di dalamnya, kemudian mendapat teror dari luar ruang ganti,” bebernya.

Olehnya, itu atas tindakan tim Persiraja, Dony meminta Komite Disiplin (Komdis) PSSI bertindak dan menghukum Persiraja, karena gagal menjadi tuan rumah yang baik. Belum lagi ada pemukulan terhadap perangkat pertandingan oleh beberapa pemain Persiraja.

Bahkan, usai pertandingan, beberapa pemain Persiraja memperlihatkan secara brutal dengan menyerang official Malut United.

Sehingga, apa yang dilakukan seperti membangun opini bahwa wasit berpihak pada Malut United.

“Narasi soal Malut United dibantu oleh wasit itu sangat menyesatkan, Persiraja ini lebay sekali. Tiap home dapat penalti dan mereka menuntut hal yang sama saat lawan Malut United. Mereka marah terhadap keputusan wasit, tapi official Malut United juga ikut diserang,” sesalnya.

Dony menegaskan, bahwa pihaknya juga dirugikan dalam pertandingan tersebut. Meski begitu, Malut United tetap menghargai keputusan wasit, sehingga anak-anak Laskar Kie Raha tetap bermain seperti biasa.

“Malut United sendiri telah melakoni 21 pertandingan dan kerap dirugikan, tetapi tak lebay melakukan protes. Wasit mestinya berikan kartu merah terhadap pemain Persiraja, karena melakukan pelanggaran secara brutal,” ujarnya.

Ia bilang, sejak main pertama berhadapan dengan PSKC Cimahi di Sleman, pada 10 September 2023 sampai leg 1 perebutan tempat ketiga, Malut United tak satu kali pun mendapat penalti.

“Sudah 21 pertandingan. Kita berulang kali dirugikan, tapi tak pernah membangun narasi menyalahkan perangkat pertandingan. Karena kita sadar sepakbola tak melulu harus menang,” cecarnya.

Menurutnya, sikap tegas dari Komdis akan jadi pelajaran bagi semua tim yang bertindak sebagai tuan rumah, untuk tak bermain kasar dan menekan perangkat pertandingan.

Malut United tetap menjunjung sportivitas menjadi tuan rumah untuk Persiraja di Stadion Madya Senayan, Jakarta, pada Sabtu, 09 Maret 2024.

“Kami akan bermain lebih baik dan memanfaatkan pertandingan di kandang, untuk merebut tiket promosi,” tandasnya. (*)