“Intinya, karena dapat laporan dari pihak orang tua ananda ini, saya langsung koordinasi dengan Kadispora Kota Ternate, Pak Sutopo dan Kabid Dispora Provinsi Maluku Utara,” kata Nurlaela.
Nurlaela menuturkan, dari penjelasan dinas terkait, ini merupakan kewenangan BPIP dan panitia pusat.
“Saya langsung kontak Pak Sanches Simbolon BPIP, kaitannya meminta klarifikasi atas kejanggalan ini,” tuturnya.
Nurlaela mengungkapkan, ada sejumlah kejanggalan pada pembatalan salah satu capas tersebut.
“Berkaitan dengan hasil MCU katanya visus mata yang terlalu tinggi, berdasarkan hasil pemeriksaan tim medis pusat atas MCU RSUD Chasan Boesori. Tapi begitu saya minta hasil pemeriksaan tim medis pusat yang menyatakan mata Nanda bermasalah, malah tidak dikirim sampai hari ini,” ujarnya.
Selain soal hasil MCU, Nurlaela bilang, dalam mekanisme pembatalan, kenapa di H-2 baru dibatalkan.
“Padahal kan mekanisme tes yang dilalui sangat panjang, kasihan anak ini sudah diketahui publik mewakili Kota Ternate, masa sepihak dibatalkan dalam waktu H-2,” timpalnya.
Politisi Partai Nasdem itu juga menyebutkan, bahwa tindakan panitia penyelenggara bisa saja mengganggu psikologi anak tersebut.
Mewakili Komisi III, Nurlaela mencurigai, ada indikasi praktek yang tidak jujur yang dilakukan Dispora dalam seleksi calon paskibraka di Kota Ternate.
“ini ada kaitannya dengan mental dan psikis generasi muda kita, cara-cara seperti ini tidan etis dilakukan oleh lembaga BPIP kepada putra-putri terbaik bangsa. Ini ada indikasi nepotisme,” tandasnya. (*)