Jumat, 6 Desember 2024

Pemda Tidore Rakor Bersama Kemendagri Tekan Inflasi Daerah

Rakor inflasi bersama Irjen Kemendagri secara virtual di Kantor Wali Kota Tikep (Humas/Kaidahmalut)

TIDORE, KAIDAH MALUT – Staf Ahli Bidang Ekonomi Pembangunan dan Keuangan Setda Pemerintah Kota Tidore Kepulauan, Abdul Hakim Adjam bersama pimpinan OPD terkait mengikuti rapat koordinasi (Rakor) pengendalian inflasi daerah tahun 2024.

Rakor dipimpin langsung oleh Irjen Kementerian Dalam Negeri, Tomsi Tohir secara virtual, yang dilakukan di ruang rapat Wali Kota Tidore Kepulauan, Rabu, 13 Maret 2024.

Dalam rakor tersebut, Irjen Kemendagri menyampaikan, pada bulan ramadan seluruh stakeholder terus berusaha keras agar dapat mengatasi permasalahan-permasalahan harga, dan distribusi bahan-bahan pokok penting.

Kesempatan itu pula, Tomsi memaparkan kondisi inflasi provinsi dan kabupaten/kota pada Februari 2024. Inflasi tiap provinsi (y-o-y) tertinggi berada di Papua Selatan 4,61 persen, Gorontalo 3,73 persen, Papua Tengah 3,72 persen, Bengkulu 3,68 persen, Papua Barat 3,61 persen, Sulut 3,55 persen, Sulawesi Tengah 3,37 persen, Sumatera Barat 3,32 persen, Kalimantan Timur 3,28 persen dan Lampung 3,28 persen. 

Sementara yang terendah, yakni Sumatera Utara 2,50 persen, Kalimantan Tengah 2,46 persen, Kalimantan Utara 2,33 persen, Aceh 2,33 persen, Kalimantan Selatan 2,27 persen,Sulawesi Barat 2,22 persen, DKI Jakarta 2,21 persen, Papua 2,02 persen, Bangka Belitung 1,86 persen dan Papua Barat Daya 1,81 persen.

“Selain daripada sepuluh tertinggi juga masih banyak provinsi, kabupaten dan kota yang di atas rata-rata nasional. Kami berharap bisa menjadi perhatian semua pihak,”papar Tomsi Tohir.

Sementara itu, Deputi Bidang Stastistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik Pudji Ismartini  mewakili Plt. Kepala Badan Pusat Statistik menyampaikan, berdasarkan tinjauan inflasi dan indeks perkembangan harga di Minggu pertama Maret 2024 pada kelompok makanan, minuman dan tembakau 2021-2024 (m-to-m) pada Februari 2024 kelompok makanan, minuman dan tembakau mengalami inflasi sebesar 1,00 persen.

Angka ini, sambung dia, menyumbang andil inflasi sebesar 0,29 persen yang merupakan andil terbesar dibandingkan kelompok lainnya. Komoditas yang paling dominan memberikan andil inflasi pada kelompok ini adalah beras, cabai merah, telur ayam ras, daging ayam ras dan minyak gorang.

Adapun beberapa komoditas lainnya seperti bawang merah, tomat dan cabai rawit menyumbang andil deflasi. Sedangkan beras penyumbang andil inflasi terbesar baik secara bulanan maupun tahunan.

Ia bilang, komoditas beras berangsur mulai terkendali dengan masuknya masa panen dibeberapa sentral produksi. Di minggu pertama Maret, jumlah kabupaten/kota yang mengalami kenaikan harga beras semakin berkurang.

Staf Ahli Bidang Ekonomi Pembangunan dan Keuangan Abdul Hakim Adjam usai rakor menambahkan, secara nasional ada beberapa komoditas pangan yang naik  misalnya beras dan cabe rawit.

“Oleh karena itu dari pihak kemendagri meminta kepada kepala daerah, untuk terus memantau terkait dengan hal tersebut serta diharapkan untuk konsen terhadap gerakan menanam,” tutup Abdul. (*)