Sementara untuk museum mini, kata Dedi, akan didesign dengan konsep “Night Show”.
“Sehingga pengunjung bisa menikmati fasilitas di Batu Angus mulai pukul 17.00-22.00 WIT. Nanti juga kami akan siapkan beberapa atraksi budaya, di pelataran museum oleh pemuda Kelurahan Kulaba,” terang dia.
Museum mini diresmikan oleh Presiden Unesco Global Geopark Youth Forum, Deo Silalahi dan sudah dilakukan uji coba pada 29-30 Desember 2022 lalu, dan antusias pengunjung pun sangat besar.
“Kami berencana di akhir bulan ini bisa dibuka secara umum, hanya saja ini sementara masih kurasi bahan dan menunggu kesiapan pemuda Kelurahan Kulaba,” pungkasnya.
Terpisah, Ketua Pemuda Kelurahan Kulaba, Julfikar mengaku, pihaknya mendukung Geopark Nasional Batu Angus. Adanya barcode dan museum mini itu berarti pengunjung tak susah-susah lagi, untuk memperoleh informasi terkait Batu Angus, terutama bagi pengunjung baru atau dari luar Kota Ternate.
“Kalau bukan akhir Januari berarti pertengahan bulan ini sudah diaktifkan museumnya, itu hasil koordinasi kami dengan IAGI. Sementara untuk museum kami minta dialihfungsikan, tetapi timbal baliknya mereka harus siapkan tempat untuk warga setempat berdagang, meski hanya di bagian pantai yang nanti akan dibuat anjungan di tahun ini,” jelas Jul.
Pilihan tersebut diambilnya lantaran ia sendiri tidak mau ada konflik sosial di kalangan masyarakat setempat. Pasalnya, untuk lokasi tersebut hanya ada 3 titik yang bisa dijadikan tempat jualan. Sehingga pilihannya, yakni menunggu lokasi anjungan yang akan dibangun oleh Pemkot di tahun ini.