Olehnya itu, sambung dia, ke depan pemda akan seriusi untuk memberikan ruang pasar, agar dapat diproduksi lebih banyak untuk dipasarkan di Kota Tidore maupun Maluku Utara pada umumnya.

“Ke depan jika pengelolaan minyak kelapa ini lebih besar lagi dalam olahannya, maka saya minta kepada masyarakat Tidore tidak lagi mengkonsumsi minyak goreng hasil olahan dari luar, namun harus nikmati atau konsumsi minyak kelapa dari produk Tidore sendiri,” ujarnya.

“Ketika ini sudah diproduksi lebih banyak maka ke depan toko-toko, kios kecil bahkan Indomaret yang ada di wilayah Kota Tidore, saya minta agar tidak lagi menerima minyak goreng olahan dari luar daerah, karena siapapun yang mau bekerjasama atau mau berinvestasi di Tidore, maka hasil olahan dari Tidore ini harus menjadi sasaran utama yang dijual.” tambahnya.

Sementara, pengelola IKM Sohi Coconut, Abd Rahim Saraha mengatakan, sekarang pengolahan minyak kelapa maupun arang briket masih sangat sedikit, karena saat ini masih dalam proses mencari ruang pasar yang pas untuk dipasarkan.

“Alhamdulillah dengan kehadiran pemerintah daerah ini, kami berharap agar ke depan dapat bekerjasama dengan pemerintah daerah dalam proses pemasaran, maupun produksi. Karena ketika pengelolaan lebih banyak, maka lebih banyak lagi untuk membutuhkan banyak karyawan, sehingga itu akan membuka peluang lapangan kerja untuk masyarakat Kota Tidore khususnya, dan Maluku Utara pada umumnya,” ungkap Abd Rahim.

Abd Rahim juga berharap, usaha ini diseriusi oleh pemda sehingga penghasil minyak kelapa ini lebih dikenal oleh masyarakat luas.

“Karena ini bukan hanya menciptakan lapangan kerja saja, namun ini juga untuk para petani kelapa, ketika dilema dengan naik turunnya harga kopra sehingga ini dapat menjadi solusi terbaik bagi para petani kopra, yang ada di Oba Tengah,” pungkasnya. (*)