“Kegiatan ini, sesungguhnya telah membangunkan kesadaran historis dari perjalanan panjang sejarah bangsa kita, khususnya sejarah terciptanya jalur rempah sebagai titik simpul pertemuan antara perkembangan budaya maritim, dan budaya agraris di Nusantara. Ini juga pertemuan antara peradaban Barat dan Timur di gugusan pulau negeri para raja di Maluku Utara,” paparnya.
Pekan Budaya Kota Rempah (PBKR) merupakan sebuah kegiatan penting bagi kota Tidore, khususnya semenjak adanya keinginan bersama masyarakat kota Tidore, serta pemerintah daerah untuk menjadikan Tidore sebagai Titik Nol Jalur Rempah.
Terpisah, Iwaulini A. Lamadirse, selaku ketua panitia pelaksana Pekan Budaya Kota Rempah tahun 2024 mengungkapkan, berbagai kegiatan menarik yang akan dilaksanakan dalam Pekan Budaya Kota Rempah nanti. Acara itu pula, sambung Iwaulini, melibatkan berbagi ekosistem, baik pemerintah, empat kesultanan, masyarakat umum dan termasuk perguruan tinggi lokal maupun peran komunitas sebagai ekosistem pemajuan kebudayaan.
“Pada open ceremony nanti akan dipentaskan berbagai suguhan acara bernuansa tradisional dan ritual, seperti gelaran tradisi cukur kelapa yang dikemas secara artistik lewat gerak tari sanggar Desa Seli, dengan iringan musik tradisional yang menggema,” ungkapnya.
Selain itu, nanti juga akan ada tarian kolaboratif yang dipersembahkan oleh sanggar Folakatu Art bersama puisikalisasi dari D’Facto.
“Pada malam pembukaan tersebut juga akan tampil secara kolaboratif para seniman dan pegiat budaya, lewat aksi panggungnya seperti rapper Presiden Tidore yang selalu tampil dengan lirik-lirik lagu kental tradisi Maluku Utara, yang sarat akan pesan filosofis hingga teologis bercita rasa sastra Maluku Utara,” terangnya.
Wanita kelahiran Maliaro Ternate ini menjelaskan bahwa, akan ada prosesi ritual Kabata yang akan berlangsung di benteng Torre, dengan melibatkan 100 peserta dari para siswa dan siswi dari berbagai sekolah. Podcast Kebudayaan akan dihelat di rumah adat Kelurahan Gurabunga juga,” tambahnya.