PALU – Belum lama ini, sebuah video pendek beredar di group-group WhatsApp. Begitu diklik, ternyata video seorang anak muda sedang menyanyikan lagu togal di sebuah ajang pencarian bakat, Indonesian Idol.
Meskipun video itu hanya editan, tetapi cukup menghibur dan mengocok perut.
“Saya kira betul, padahal editan,” kata Ramly Abd. Rasyid seorang warga Ternate yang berdomisili di Palu, Sulawesi Tengah.
Mengutip kabarpulau.co.id, tradisi togal itu adalah tradisi masyarakat di pesisir Halmahera bagian Selatan. Dulu, orang lebih akrab dengan sebutan batogal. Di wilayah itu, tidak akan lengkap sebuah hajatan kalau tanpa batogal. Itu karena batogal sudah sangat melekat di hati warga setempat.
Biasanya, menyanyikan lagu togal atau batogal itu untuk mengiringi tarian atau ronggeng. Tetapi kadang-kadang, warga hanya menyanyikannya tanpa ada tarian. Seni batogal sendiri kadang dimainkan tanpa ada baronggeng (menari). Tetapi musiknya menjadi sangat indah, harmoninya begitu epic, padahal hanya ada fiol (biola tradisional) dan tifa (gendang). Orang mendengarnya, seakan terhipnotis dengan togal, sehingga harus menggoyangkan kaki tanpa dikomando.
Tak sembarang syair dalam lagu togal. Isinya penuh pesan hikmah dari terjemahan al Quran dan Hadis, kata bijak dan pantun. Memang, batogal merupakan wujud dari mengagungkan Sang Maha Pencipta dan manifestasi dari rasa syukur atas segala pemberianNya.
Togal, menjadi pengingat akan kebesaran Sang Pemilik Kehidupan, nasihat tentang menjaga hubungan sosial antarmanusia dan petuah berbakti pada kedua orang tua. Togal juga menjadi alat pemersatu dalam kehidupan masyarakat.
Togal, teruslah lestari di tengah serbuan musik modern. *
