TERNATE, KAIDAH MALUT – Kisruh antara mantan istri mendiang Sultan Ternate Mudaffar Sjah, Nita Budhi Susanti dan Kesultanan Ternate di bawah kekuasaan Sultan Hidayutullah Sjah masih bergulir.
Nita yang saat ini sudah menikah dengan petinggi Partai Amanat Nasional, Viva Yoga Mauladi itu, bahkan dinilai telah mencedarai adat Kesultanan Ternate.
Ia pun masih memakai gelar Boki (Permaisuri), layaknya sewaktu masih menjadi istri sah Sultan ke-48.
Menurut Nita, gelar Boki itu adalah jabatan adat yang spiritual. Bahkan sampai sesorang meninggal pun gelar atau nama tersebut masih melekat. Pasalnya, gelar Boki itu pemberian dari Kolano yang sakral.
Ia bilang, polemik yang terjadi saat ini adalah hal biasa. Dirinya mencontohkan persaingan sering terjadi baik di politik, bermasyarakat maupun di perkantoran.
Caleg DPR RI PAN Dapil Maluku Utara itu juga mempertanyakan tujuan somasi, yang dilayangkan Kesultanan Ternate pada Sabtu, 22 Juli 2023.
“Tujuan somasi untuk apa? Lantaran melantik adat? Adat kok disomasi? Ini kan hukum adat, mau somasi pakai hukum apa? Hukum negara apa adat? Kalau hukum adat nggak mengenal somasi,” kata Nita usai melantik Baru Baru (Prajurit) Kesultanan Ternate versi Jaib Kolano, di Kelurahan Kalumata, Selasa, 25 Juli 2023.
Wanita 55 tahun itu mencontohkan gelar Boki yang digunakan Boki Nukila.
Baca halaman selanjutnya…
“Boki Nukila itu sudah menikah dua kali. Itu pun sampai meninggal, masih dipanggil Boki Nukila dan tetap dianggap sebagai pahlawan,” jelas Nita.
“Kalau masyarakat memanggil nama Boki gimana? Biarin aja, karena kalau orang sudah penuh rasa benci, iri, rasa ketakutan dan rasa terancam posisinya maka mereka akan berbuat macam-macam. Yang merusak tatanan adat ini siapa? Kalau mereka mengatakan dia (Hidayatullah) yang sah, lantas itu menurut siapa? Kan itu menurut dia (Hidayatullah) sendiri itu sudah sah, masa sultan lantik sendiri,” sambunganya.
Ia menegaskan kepada rivalnya untuk tidak usah mempermasalahkan kedatangannya, bersama dua putra kembar. Sebab, Nita mengaku mengantongi bukti wasiat yang diberikan oleh almarhum Mudaffar Sjah, soal Kolano Madoro.
“Kan dia (Hidayatullah) sudah di kedaton, terus mau somasi apa juga? Lagian perpecahan di intenal kerajaan itu hal yang biasa.
” Yang bikin gaduh siapa? Kan kita di sini (Ternate) santai-santai aja kok. Pegangan saya adalah amanah dan wasiat almarhum Sultan Ternate,” tegasnya.
Kalau mau somasi setahun juga boleh. Bahkan saya juga masih melantik banyak perangkat adat,” tambahnya.
Baca halaman selanjutnya…
Nita mengungkapkan, pelantikan tidak harus di kedaton. Karena alangkah baiknya ketika melantik perangkat ada, yakni di tengah-tengah masyarakat, dan bukannya di kedaton.
“Jika mereka mengklaim sebagai Sultan yang sah, itu pendapat mereka. Tetapi pelantikan sebaiknya dilakukan ya bersama masyarakat adat. Dia kan cuma pencitraan,” timpalnya.
Apabila somasi itu terkait agenda adat dan status anak maka mereka keliru. Sebab, menurut dia, di dalam putusan PN Ternate, justru persoalan hukum dan tidak ada kaitannya dengan adat.
“Saya malah dikirimkan petikan kalimat kutipan. Dan di situ (SK) dari PN tidak disebut berdampak pada hukuam adat,” tandasnya.
Sementara itu, Tuli Lamo Iliyas menambahkan, bahwa sejumlah perangkat adat yang dilantik Nita itu, sah-sah saja.
Sebab, kata Iliyas, yang namanya gelar Boki tetap akan disandang hingga akhir hayat. Ia pula mengklaim bahwa Kesultanan versi Jaib Kolano sejauh ini, selalu patuh dan tidak ada unsur provokasi.
“Kalau mereka bilang, Nita datang ke Ternate untuk mencari sensasi dan memprovokasi masyarakat adat demi kepentingan politik, yah sudah jangan panik,” pungkasnya.
Sementara Tuli Lamo, Iliyas Bayau menambahkan, bahwa pelantikan yang dilakukan Nita Budhi Susanti terhadap pasukan adat adalah sah sesuai Jaib Kolano,” singkatnya. (*)

Tinggalkan Balasan