Senin, 25 November 2024
Opini  

Indahnya Masjid Al Alam di Atas Teluk Kendari

Masjid Al Alam Kendari atau disebut warga setempat masjid terapung | Foto: Yunita Kadir/Kaidahmalut

KENDARI, KAIDAH MALUT – Sore itu angin bertiup sepoi-sepoi, di sekeliling tampak hutan bakau dan teluk yang tenang, berdiri sebuah bangunan yang indah.

Namanya Masjid Al Alam. Masjid dengan desain bak Burj Al Arab di Dubai itu, berdiri kokoh di atas teluk Kendari.

Masjid Al Alam menjadi salah satu ikon di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Masjid ini juga dijuluki dengan nama masjid terapung.

Al Alam dibangun sejak tahun 2010 di masa kepemimpinan Gubernur Sultra, dan resmi digunakan pada tahun 2018.

Selain tempat beribadah umat muslim setempat, masjid ini juga kerap dijadikan salah satu lokasi wisata religi. Bukan hanya warga Kota Kendari, masjid yang memiliki empat menara ini pun selalu dibanjiri wisatawan dari luar Provinsi Sultra.

Masjid ini dirancang oleh arsitek asal Sulawesi Selatan, Mursyid Mustafa. Untuk menuju ke masjid ini, para pengunjung harus melewati gapura di depan jalan Lalolara, Kambu, Kota Kendari. Sepanjang jalan, mata para pengunjung akan disuguhi dengan pemandangan hutan bakau.

Meski begitu, tak sembarang orang bisa masuk ke area masjid. Pasalnya, bagi pengunjung yang hanya sekedar selfie harus mematuhi beberapa aturan dan larangan ketika berada di lokasi tersebut.

Bagi pengunjung wanita diwajibkan menutup aurat atau memakai jilbab. Sementara bagi kaum pria dilarang menggunakan celana pendek, dan bagi non muslim diminta untuk menyesuaikan dengan aturan tersebut.

Pemerintah Kota Kendari juga mereklamasi tempat tersebut, bahkan di bagian depan masjid terdapat taman-taman yang menjadikan tempat itu lebih estetik. Para pengunjung juga bisa menikmati berbagai kuliner di lokasi yang sudah direklamasi.

Masjid yang menghabiskan anggaran senilai Rp200 miliar ini, juga memiliki kubah dengan sistem buka tutup. Kubah utama, dengan bentuk dasar setengah lingkaran dengan sistem buka tutup itu, menyerupai kelopak bunga.

Bukan tanpa makna, kubah dengan jumlah 8 buah itu merupakan simbol konsep Islam dan konsep lokal pahlawan Halu Oleo.

Kini, bangunan ini bukan hanya sebagai tempat ibadah. Tapi menjadi salah satu spot wisata religi yang sudah dikenal banyak orang. (*)