Disisi lain, Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) REPUBLIK INDONESIA (RI) seolah mendiami temuan dugaan korupsi dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang diduga dilakukan oleh segelintir orang dalam tubuh Pemerintahan. Maka dalam hal ini selaku anak daerah, kiranya kita tidak bisa mendiami masalah ini hingga menjadi satu budaya yang dilakukan berulang oleh birokrasi. Gerakan demonstrasi yang dilakukan berulang-ulang kali oleh teman-teman Sentrum Mahasiswa Indonesia (SEMA-INDO) Halbar DKI JAKARTA tidak digubris sedikitpun oleh instansi yang bersangkutan, tidak secara langsung adigium “Dia punya duit, dia punya kuasa” telah menjalar hingga ke paru-paru birokrasi saat ini. Bahkan KPK seolah mendiami hal ini hingga terjadinya krisis moral dalam tubuh birokrasi yang ada di negeri ini.

Ketika kemiskinan dan kesenjangan ekonomi terus menggurita, maka kebutuhan perut menutupi perkembangan akal. Pembangunan kemampuan intelektual menjadi mandek, walhasil kadangkala berpikir terjadi dimana-mana. Kenapa kebutuhan dasar rakyat menjadi indikator awal? Karena inilah kunci pertama pembangunan manusia yang akan meng’unclok’ kualitas pembangunan manusia secara berkelanjutan.

Bagaimana kaitan antara desentralisasi dengan akuntabilitas publik dalam penyelenggaraan pemerintahan? Sebenarnya tidaklah sulit menjawab pertanyaan ini, karena dengan demokrasi maka akan memberikan peluang kepada masyarakat, termasuk masyarakat di daerah untuk berpartisipasi dalam segala bentuk kebijakan pemerintahan. Bagi penulis, buah pikiran ini merupakan akumulasi kekesalan dan representasi suara rakyat terhadap Pemerintah yang tidak mampu membawa perubahan di tanah Jiko Makolano.

Penulis mengakhiri buah karya ini dengan mengutip pernyataan luar biasa dari Dr. Majid Irsan Al Kilani, beliau mengatakan, Jika unsur ikhlas tidak dikombinasikan dengan strategi yang tepat dalam mengoptimalkan setiap potensi dan sumberdaya manusia yang dimiliki umat, maka seluruh usaha dan jerih payah akan menjadi sia-sia akibat berbagai pertentangan dan problem internal, melainkan hanya akan menuai kegagalan dan kehampaan. (*)