NASIONAL, KAIDAH MALUT – Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), melakukan pertemuan terbatas dengan Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Khairun, Dr. Riyadi Subur, S.Pi., M.Si, bersama Project Leader Small Island Conservation (SiC) Indonesia, Dr. Tamrin Ali Ibrahim, S.Pi., M.Si., dan Manajer Kampanye JaPELA (Jaringan Pesisir dan Laut) Indonesia, Taufiq Abdullah, S.Pi., M.Si.
Pertemuan Direktur Jenderal PSDKP, Dr. Pung Nugroho Saksono, A.Pi, MM, beserta jajaran Direktur di Lingkungan PSDKP itu, berlangsung pada Senin, 04 November 2024 di Jakarta, dengan tujuan untuk membahas rencana pelaksanaan Simposium Regional Kepulauan yang akan diselenggarakan di Kota Ternate oleh Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Dr. Pung Nugroho Saksono menyatakan, Simposium Regional Kepulauan ini merupakan langkah penting untuk mengintegrasikan pengetahuan, dan praktik terbaik dalam pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan.
“Kami berharap kegiatan ini dapat menghasilkan rekomendasi strategis yang bermanfaat bagi pengembangan kebijakan, dan program di sektor pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan, terutama dikawasan kepulauan,” kata Dr. Pung.
Kerja sama antara pemerintah daerah, akademisi, praktisi, dan masyarakat menjadi kunci dalam pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan demi mewujudkan pengelolaan yang berkelanjutan di wilayah kepulauan.
Sementara Dekan FPIK, Dr. Riyadi Subur menyampaikan apresiasi yang mendalam atas kesempatan untuk bertemu dengan Direktur Jenderal PSDKP, Dr. Pung Nugroho Saksono, serta jajaran direktur lainnya.
“Terima kasih atas pertemuan ini, yang sangat berharga bagi kami. Kami percaya bahwa kolaborasi antara akademisi dan pemerintah adalah kunci, dalam pengembangan kebijakan yang tepat dan efektif. Dengan adanya dukungan dari Ditjen PSDKP, kami optimis bahwa Simposium Regional Kepulauan yang akan dilaksanakan di Kota Ternate, dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam pengelolaan sumber daya kelautan yang berkelanjutan, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya perlindungan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia,” ungkap Dr. Riyadi.
Dr. Riyadi Subur juga menyampaikan apresiasi atas dukungan dari Prof. Rokhmin. Menurutnya, simposium ini akan memberikan dampak positif, khususnya bagi pengembangan potensi perikanan dan kelautan di Maluku Utara.
“Kami berharap kegiatan ini dapat menjadi ajang berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam mengelola sumber daya pesisir dan laut, serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian lingkungan kepulauan,” tutur Dr. Riyadi.
Project Leader Small Island Conservation (SiC) Indonesia, Dr. Tamrin Ali Ibrahim, turut memberikan pandangannya dalam pertemuan tersebut. Ia menyatakan bahwa konservasi wilayah kepulauan, merupakan prioritas utama di tengah meningkatnya tekanan terhadap ekosistem laut akibat perubahan iklim dan aktivitas manusia.
“Simposium ini akan menjadi momentum penting dalam menyatukan visi dan langkah, untuk melindungi serta mengelola ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan,” ujarnya.
Dr. Tamrin yang juga mantan Ketua KNPI Maluku Utara dan mantan Leader Sea-Project USAID-WCS itu menambahkan, bahwa dalam upaya konservasi sangat diperlukan partisipasi aktif berbagai golongan termasuk pemuda.
Ia menekankan pentingnya keterlibatan generasi muda dalam program-program pelestarian lingkungan, agar mereka dapat menjadi agen perubahan dan berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian sumber daya alam.
“Dengan demikian, simposium ini diharapkan tidak hanya melibatkan pemangku kepentingan dari berbagai sektor, tetapi juga memberikan ruang bagi pemuda untuk menyuarakan ide-ide dan inovasi, dalam konservasi wilayah kepulauan,” pungkas Dr. Tamrin.
Simposium Regional Kepulauan akan diselenggarakan di Ternate pada 18 Desember 2024. Acara ini digagas oleh Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Khairun, dan mencakup berbagai kegiatan yang relevan untuk mendukung pengelolaan sumber daya laut secara berkelanjutan.
Selain simposium, acara ini akan dirangkaikan dengan Konsolidasi Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) Maluku Utara, dan Pencanangan Gerakan Perlindungan Laut.
Kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat sinergi antara akademisi, masyarakat, dan pemerintah dalam mewujudkan ekonomi biru yang inklusif dan berkelanjutan untuk masa depan Indonesia. (*)