JAKARTA, KAIDAH MALUT – Ketua Harian Himpunan Keluarga Maluku Utara (HIKMU), Donny Gahral Adian Sjah Kamarullah mengatakan, wilayah Maluku Utara, bukan hanya sekadar satu provinsi di Indonesia Timur dengan segenap data demografi dan geografi.
“Tetapi Maluku Utara adalah sejarah perjuangan konfederasi empat kesultanan yang bernama Moloku Kie Raha,” katanya.
Empat kesultanan itu adalah Ternate, Tidore, Jailolo dan Bacan, yang rakyatnya telah berjuang mati-matian mempertahankan setiap jengkal laut dan daratan dari invasi kolonialisme Eropa.
“Perjuangan itu, dengan prinsip yang teguh: Seluruh kekayaan alam di Maluku Utara, adalah hak seluruh masyarakat Maluku Utara tanpa kecuali,” kata Donny dalam keterangannya, sabtu, 23 Juli 2023.
Donny menjelaskan, saat pendiri bangsa memproklamirkan Indonesia, empat kesultanan dengan ikhlas menyerahkan kedaulatan tanpa pamrih.
“Penyerahan itu termasuk kekayaan alam yang sudah terjaga selama ratusan tahun,” ujarnya.
Penyerahan itu terjadi, katanya, karena mereka percaya, Maluku Utara akan menjadi bagian dari kesejahteraan bersama Indonesia.
“Janji tersebut pun tertanam di sanubari setiap putra putri Maluku Utara,” ucap Donny.
MENAGIH JANJI
Donny menambahkan, saat ini Maluku Utara adalah provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia, bahkan di dunia.
Mengutip Presiden Jokowi, Donny menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara 27 persen. Tidak ada di dunia manapun pertumbuhan ekonomi sampai sebegitu besarnya.
Namun, sayangnya, kata Donny, masih banyak perkampungan nelayan, yang rumahnya beralaskan tanah dan berdinding kayu. Angka stunting juga masih cukup tinggi.
Lantaran itu, dia mengingatkan janji historis bernama kemakmuran bersama.
Dia menegaskan, sumbangsih Maluku Utara terhadap ekonomi nasional, sepatutnya mendapat ganjaran setimpal, karena Indonesia bukan cuma Jawa.
“Kami atas nama masyarakat Maluku Utara meminta pemerintah memerhatikan Maluku Utara, khususnya mereka yang masih papa dan luntah,” ucapnya.
Ia memberikan pesan khusus, agar parapara calon pemimpin bangsa, tidak hanya melihat Maluku Utara sebagai statistik, melainkan sejarah perjuangan kemakmuran bersama.
Untuk itu, Indonesia membutuhkan afirmasi politik dan ekonomi, demi kejayaan Maluku Utara. Sebab ia percaya, masa depan Indonesia itu ada di Timur, bukan di wilayah barat. (*)