Rabu, 4 Desember 2024

Bang Gha, Saya Kecewa

Ruslan Taher Sangadji, Pimpinan Kaidah Network

KURIR JASA PENGIRIMAN mengetuk pintu rumah, sambil menyebut nama perusahaannya.  Saat menuruni anak tangga lantai dua, pikiran saya langsung menebak, pasti kiriman buku dari M. Asghar Saleh. Tak meleset. Di Jumat yang baru saja selesai itu, saya menerima kiriman buku berjudul: Belajar, Kemerdekaan dan Kemanusiaan, Esai-esai Transformasi Kehidupan. Penulisnya, ya….  M. Asghar Saleh, yang mengirimnya sendiri ke saya. Tapi saya kecewa, karena tidak ada tanda tangannya yang menambah kebahagiaan saya menerima buku ini.

Saya belum sepenuhnya melahap buku ini. Baru sekilas membaca daftar isi dan endorsement beberapa tokoh tentang penggalan isi buku ini. Dari situ saya dapat menebak, M. Asghar Saleh adalah salah satu dari deretan penulis asal Maluku Utara yang memiliki maqam tertinggi sebagai penulis. Boleh disebut Asghar yang biasa disapa dengan Bang Gha itu, adalah penulis dengan maqam wali dan aulia.

Saya meyakini, Bang Gha menyelesaikan buku ini dengan penuh perjuangan, pengorbanan, peluh dan air mata yang teramat-amat. Betapa di tengah kesibukannya, tetapi Bang Gha masih mau menghibahkan dirinya untuk menulis. Bang Gha telah menitahkan dirinya sebagai manusia terbaik, karena telah menulari virus kebaikan dan manfaat kepada orang lain. Menulis adalah menebarkan manfaat bagi banyak orang, dan orang-orang yang terbaik di antara kamu adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Bang Gha sudah memberi tauladan kepada kita, bahwa menulis itu salah satu perintah Rab. Bahkan Tuhan bersumpah Nun, wal qalami wama yasthurun  (Nun, demi pena dan apa yang mereka tuliskan) — (Al Qalam ayat: 1).

Banyak tokoh masyhur terus dikenang hingga kini, karena karya mereka dapat dinikmati. Sebut saja Imam syafii, Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam Maliki, Ibnu Khaldun, Imam Ghazali, Ibnu Sina, Ibnu taimiyah dan banyak yang lain.

M. Asghar Saleh memang tidak bisa disetarakan dengan para tokoh masyhur itu. Tapi paling tidak, Bang Gha telah menisbatkan dirinya untuk terus dikenang, meski kelak ia telah dipanggil pulang menghadap penciptaNYA. Dan pada titik itulah sebetulnya substansi dari seseorang yang panjang umur itu. Panjang umur, bukanlah kuantitatif tetapi panjang umur itu harus dimaknai secara kualitatif. Karyanya akan dikenang sepanjang usia.

Terima kasih Bang Gha atas kiriman bukunya. Selamat atas karyanya. Teruslah bermanfaat bagi semua orang. *