Oleh: Ruslan Taher Sangadji
Owner kaidah.id/malut.kaidah.id
ORANG ISLAM di Ternate dan beberapa di daerah lain, punya tradisi menggelar acara walimatus safar, saat hendak menunaikan ibadah haji ke Baitullah. Kebiasaan itu, baru jamak dilakukan dalam beberapa tahun belakangan. Untuk menjelaskan itu, artikel akan dibagi dalam tiga sub topik: Haji, Walimatus Safar dan Sedekah.
HAJI
Menunaikan ibadah haji ke Baitullah (Makkah) merupakan salah satu pilar penting dalam Islam. Lantaran itu, berhaji menjadi salah di antara kewajiban bagi setiap muslim. Berhaji, menjadi manifestasi dari rukun kelima dalam Islam, yaitu naik haji ke Baitullah bagi yang mampu.
وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
Artinya: Dan di antara kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam” (QS Ali ‘Imran: 97).
Kita mafhum, bahwa meskipun berhaji itu menjadi kewajiban, tetapi berlaku hanya bagi yang mampu, baik secara finansial, fisik dan mental. Artinya, jika seorang mukallaf yang belum mampu atau tidak mampu, maka gugur pula kewajiban tersebut terhadap dirinya.
Tetapi kemampuan itu juga tak cukup, kalau tak ada panggilan Allah. Itu terlihat ketika sampai di Tanah Suci, seluruh jamaah mengucapkan kalimat talbiyah:
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ
Artinya: “Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu, aku datang memenuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, kemuliaan, dan segenap kekuasaan adalah milik-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu.”
Tetapi, tidak boleh dengan dalih karena belum ada panggilan sehingga tak berhaji, padahal telah punya kemampuan finansial, fisik dan mental.
WALIMATUS SAFAR
Walimatus safar, terdiri dari dua kata, yaitu walimah yang berarti perjamuan dan safar yang bermakna perjalanan. Dalam kaitan dengan haji dan umrah, walimatus safar bisa dipahami sebagai perjamuan untuk perjalanan ibadah haji atau umrah ke Tanah Suci Mekkah.
Menurut sejarahnya, ketika itu Khalifah Umar bin Khattab hendak menunaikan ibadah umrah dari Madinah ke Mekkah. Sebelum berangkat, Khalifah Umar berpamitan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan keluarganya.
Rasulullah kemudian berpesan kepada Umar bin Khattab agar mendoakan beliau, keluarganya, sahabat dan sanak saudara yang ada di Madinah. Sejarah itulah yang menjadi dasar atau dalil dilaksanakannya walimatus safar bagi sebagian orang Islam yang hendak berangkat haji dan umrah.
Walimatus Safar, menjadi tradisi yang baik bagi masyarakat Islam. Tuan rumah mengundang keluarga, sanak saudara, sahabat dan warga lainnya, menjamu makan dan menyampaikan bahwa mereka akan berhaji, sehingga memohon doa agar perjalanan mereka selamat sampai kembali ke Tanah Air. Terlebih agar haji mereka mabrur.
Mereka yang hadir juga mendengarkan tausiyah tentang prosesi ibadah haji dan pentingnya haji. Menyimak pesan-pesan agama dari pemberi tausiyah. Sebaiknya, tak perlu ada iringan musik dan penyanyi, karena walimatus safar tgak sama dengan walimatul ‘ursy atau pesta pernikahan.
AMPLOP SEDEKAH
Fulan: Ngoni mo pi haji-haji? (maksudnya walimatus safar)
Fulanah: Tarada, saya tara ada doi kong. Me pi itu musti kase sadakah lagi.
Fulan: Oooh bagitu?
Fulanah: Saya. Tong tara sampe hati kalau pigi kong tara bawa sadakah.
Percakapan fulan dan fulanah ini yang kemudian menjadi masalah dalam setiap walimatus safar. Beberapa orang mungkin saja tak mau datang ke setiap hajatan itu, karena kebetulan di saat yang sama mereka tak punya uang untuk memberikan amplop sedekah atau sadakah.
Mereka malu atau tak enak hati hadir, hanya karena tak punya uang untuk memberikan sedekah kepada yang berhajat haji.
Padahal, yang berhajat mengundang orang, tanpa berharap datang dengan membawa sedekah. Saya percaya, tuan rumah pasti akan sangat senang, jika melihat kehadiran keluarga, kerabat, sahabat dan handai tolan di walimatus safar mereka, untuk memberikan doa.
Oleh karena itu, jangan jadikan amplop sedekah atau sadakh sebagai beban atau alasan untuk tidak hadir di walimatus safar. Kehadiran kita memberikan doa yang ikhlas, jauh lebih penting daripada sekadar membawa sadakah.
Orang yang berhaji itu karena mereka mampu, baik secara finansial, fisik maupun mental. وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
“Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam” (QS Ali ‘Imran: 97).
Selamat menunaikan ibadah haji bagi yang mampu dan berkesempatan berangkat tahun ini. Wallahu a’lam. (*)