“Fokus PT TBP Tbk adalah menjadi perusahaan pertambangan dan pengolahan nikel, terintegrasi dari hulu hingga hilir,” tambah Roy.
Sektor hulu berupa penambangan bijih nikel yang menghasilkan saprolit dan limonit.
Sementara hilirnya berupa peleburan dan pemurnian bijih nikel, yang menghasilkan feronikel sebagai bahan baku utama pembuatan baja nirkarat (stainless steel), dan MHP (Mixed Hydroxide Precipitate) serta produk turunannya Nikel Sulfat dan Kobalt Sulfat yang merupakan bahan baku utama pembuatan prekursor baterai kendaraan listrik.
Saat ini PT TBP Tbk mengoperasikan dua proyek pertambangan nikel laterit aktif
Luasnya 5.523,99 hektar di Desa Kawasi, Halmahera Selatan, Maluku Utara melalui dua konsesi pertambangan.
Perseroan juga memiliki dua prospek pertambangan nikel seluas 3.660,24 hektar, yang terletak di Pulau Obi.
“PT TBP Tbk berada di posisi strategis untuk mendapatkan keuntungan, dari meningkatnya kebutuhan baterai di industri kendaraan listrik, sebagai respons terhadap upaya transisi energi.
“Tentu ini akan meningkatkan permintaan bijih nikel maupun MHP,” sambung Roy.
Ia berharap ini dapat memberikan kontribusi berharga dalam terciptanya ekosistem industri baterai isi ulang, untuk kendaraan listrik di Indonesia.
Sementara itu, mengintip kinerja keuangan, pendapatan PT TBP Tbk dari kontrak dengan pelanggan mencapai Rp9,04 triliun, selama periode Januari hingga November 2022.
Mebandingkan dengan sebelumnya diperiode yang sama, ini naik 17,32 persen,
Pendapatan lain sebesar Rp231,30 miliar, meningkat 255,82 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, sebesar Rp65 miliar.
Perseroan juga berhasil menekan beban penjualan, umum dan administrasi sebesar 9,05 persen dari Rp873,45 miliar menjadi Rp794,43 miliar.
Laba periode berjalan PT TBP Tbk melesat 207,95 persen dari Rp1,39 triliun per November 2021 menjadi Rp4,30 triliun per 30 November 2022.
Laba per saham ikut naik dari Rp23,16 per lembar saham menjadi Rp78,63.
Berikutnya, total aset PT TBP Tbk tercatat naik 12,22 persen dari Rp29,93 triliun per 30 September 2022 menjadi Rp33,59 triliun per 30 November 2022.
Total ekuitas naik dari Rp12,69 triliun menjadi Rp13,97 triliun per 30 November 2022, dengan total liabilitas bertambah dari Rp17,24 triliun per 30 September 2022 menjadi Rp19,61 triliun per 30 November 2022. (*)