HALSEL, KAIDAH MALUT – Pulau Obi termasuk bagian pendapatan relatif cukup besar untuk sektor perikanan laut. Dengan luas potensi lumbung ikan perairan laut, seperti di Kecamatan Obi khususnya Desa Anggai.
Dahulu, di Obi tepatnya Desa Anggai termasuk ekspor ikan terbanyak dengan beragam jenis ikan yang diperoleh. Para nelayan tidak kesulitan mencari ikan dan jarak tempuh melaut hanya cukup dekat kampung.
Namun, hal itu berbeda jauh dengan kondisi sekarang, di mana para nelayan jurtu kesulitan. Nelayan malah keluhkan tindakan pelaku-pelaku pengeboman yang cukup marak terjadi.
Pengeboman di laut menjadi masalah serius atas kerusakan ekosistem laut. Ini tentu perlu ada perhatian serius dari aparat kepolisian, sebagaimana yang berlaku pada UUD 1945.
Hal ini pula disoroti oleh Wakil Ketua KNPI Provinsi Maluku Utara Bidang Ketahanan Pangan, M. Wahid Sahie.
Wahid bilang, pendapatan para nelayan Anggai selain di sektor pertambangan, sektor perikanan relatif menguntungkan untuk kebutuhan pendapatan ekonomi masyarakat.
Sebagai pecinta nelayan, tentu Wahid berharap penuh kepada seluruh masyarat Desa Anggai, untuk tetap bersama-sama menjaga kelestarian ekosistem laut untuk masa depan para nelayan dan generasi-generasi selanjutnya.
“Dan intervensi serius dari Pemerintah Provinsi Malut sangat perlu, untuk kelangsungan kesejahteraan pemberdayaan Nelayan. Karena sejauh penelusuran saya, keterbatasan persediaan fasilitas alat tangkap sangat terbatas,” ungkap Wahid, Kamis 02 November 2023.
Wahid mengungkapkan, bahwa rata-rata fasilitas nelayan di Desa Anggai hanya menggunakan perahu dan (ketinting) untuk kepentingan nelayan.
“Mereka di Desa Anggai kebutuhan nelayan itu terbatas. Untuk itu, harapan saya, pemprov bisa memberikan perhatian ke masyarakat setempat dan mendukung mereka, karena itu mata pencarian dan mereka bergantung di situ,” tukasnya. (*)