TERNATE, KAIDAH MALUT – Kabid Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan DLH Kota Ternate, Syarif Tjan mengungkapkan, penyebab ribuan ikan yang mati di bibir pantai Kelurahan Sasa, Ternate Selatan, Maluku Utara beberapa waktu lalu.
Berdasarkan hasil dari Water Laboratory Nusantara (WLN) Manado, dan sesuai dengan PP RI Nomor 22 Tahun 2021, bahwa ikan-ikan tersebut mati lantaran limbah organik dari 2 pabrik tahu dan air deterjen warga setempat.
“Setelah memperoleh hasil laboratorium yang diuji selama 10 hari, terungkap bahwa penyebab ikan mati itu karena limbah pabrik tahu dan air sisa cucian deterjen dan pertanian warga setempat,” ungkap Syarif, Rabu, 27 September 2023.
Meski begitu, pihaknya masih akan mengambil sampel dari pabrik tahu, selanjutnya memeriksa limbah parameter air limbah yang keluar dari IPAL pabrik tersebut.
“Apakah sudah sesuai baku mutu air limbah atau melebihi baku mutu air,” timpalnya.
Syarif bilang, dua pabrik itu memang telah mengantongi IPAL hanya saja, volume IPAL yang tidak memadai untuk penampungan limbah. Sehingga, sambung dia, langkah yang harus diambil yakni menambah daya tampung.
“Agar kompartemen untuk retenai time air limbah dan proses limbahnya maksimal,” terang dia.
Selain itu, kata dia, perlu juga dibuat biodigester untuk menangkap gas metana sehingga bisa menampung air limbah, sebelum masuk ke IPAL.
“Kita juga punya langkah lain yakni menanam mangrove, di area sekitar, agar sedimen yang mengandung lemak limbah organik bisa di-reduksi,” jelasnya.
Ia menambahkan, ada juga parameter yang menjadi penyebab ikan mati, di antaranya Fosfat, Amonia, Nitrat dan Hidrogen Sulfida (H2S). Tiga parameter tersebut akan meningkat, bila limbah organik masuk ke lingkungan perairan pantai. (*)